Friday, May 4, 2012

It's all about Education

Potensi Pendidikan dan Masalah yang Menyertainya
Oleh : Adinda Widanty
Fakultas Ekologi Manusia, Dept. Ilmu Keluarga dan Konsumen
Institut Pertanian Bogor

photo from here
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak potensi sumber daya baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Namun, sayangnya sumber daya alam yang ada, kurang bisa dimanfaatkan secara potensial dan benar. Salah satu penyebabnya adalah dalam hal sumber daya manusia yang tersedia kurang memadai dari segi ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengolahnya. Padahal apabila ditinjau dari segi kuantitas, sumber daya manusia di Indonesia sangat banyak. Mengapa masyarakat yang merupakan sumber daya manusia di negara Indonesia terbatas dalam hal ilmu pengetahuan? Masalah yang sangat utama adalah pendidikan.

Sangat miris memang jika melihat program pemerintah sekarang yang telah mewajibkan bahwa setiap masyarakat khususnya anak-anak di Indonesia mendapatkan hak pendidikan di Indonesia dengan Wajib Belajar 12 tahun, tetapi masih banyak sekali anak-anak dan remaja yang kehilangan hak nya untuk mendapatkan pendidikan selama 12 tahun tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan mengapa anak-anak lebih banyak yang bekerja pada usia sekolah dari pada anak-anak yang mengenyam bangku pendidikan, salah satu faktor utama adalah biaya pendidikan. Namun memang bukan hanya faktor biaya saja, karena pada kenyataannya sudah banyak program pemerintah yang membantu dalam segi biaya salah satunya seperti BOS, faktor lainnya adalah tenaga pengajar yang kurang dan faktor yang tak kalah berpengaruh lainnya adalah kurangnya kesadaran keluarga dalam hal pengembangan pendidikan bagi anak-anaknya.

Merupakan pengalaman yang sangat menyedihkan saat harus menyaksikan seorang anak usia remaja yang seharusnya sedang mengenyam bangku pendidikan agar bisa berkontribusi dalam kehidupannya, bahkan agar nanti nya bisa berkontribusi dalam pembangunan negara. Namun, mereka malah sedang bekerja ‘menjual’ suara dari satu angkutan umum ke angkutan umum yang lainnya. Bahkan, sekilas terdengar lagu yang mereka nyanyikan liriknya mengkritisi mahalnya biaya bangku pendidikan yang seharusnya bisa mereka cicipi. Mereka secara tidak langsung menyesalkan nasib mereka yang seharusnya bisa sekolah dan mengubah nasib tapi karena terbentur masalah biaya akhirnya mereka harus bekerja di atas angkutan umum, menjual suara mereka demi seratus dua ratus rupiah.

Terkadang setelah mereka terlena dengan mudahnya mencari uang, anak-anak jalanan dan pengamen jalanan tadi sudah tidak lagi memikirkan tentang pentingnya pendidikan. Banyaknya rumah singgah, sekolah alam gratis dan berbagai fasilitas lain yang mendukung mereka untuk melanjutkan pendidikan ditinggalkan begitu saja. Mereka berfikir, jika dengan menyanyi di jalan saja mereka sudah bisa mendapatkan uang untuk makan, untuk apa susah-susah sekolah? Sedangkan untuk sekolah saja membutuhkan biaya untuk alat tulis, buku-buku, seragam, biaya transportasi dan lain-lainnya yang menurut mereka tentu tidak sedikit. Pemikiran tentang pendidikan seperti inilah yang seharusnya ditata ulang oleh para akademisi yang ingin berkecimpung dalam dunia sosial dan pendidikan.

Masalah pendidikan bukan hanya ditinjau dari masyarakat yang tidak bersekolah saja, bahkan masalah pun timbul saat pendidikan sudah berlangsung. Diantaranya adalah kurangnya sarana fisik dan rendahnya motivasi siswa dalam berprestasi. Tak hanya kedua masalah itu saja, tetapi memang bisa jadi kedua masalah di atas menjadi sumber dari timbulnya masalah pendidikan lainnya.

Adanya bangunan sekolah tidak menjamin kegiatan pendidikan sudah dapat berjalan dengan lancar. Karena masih banyak juga sarana fisik yang belum memenuhi persyaratan untuk kelancaran proses belajar mengajar, gedung yang rawan roboh, laboratorium sebagai pra sarana yang kurang, buku-buku pengantar yang tidak tersedia yang kemudian hal-hal ini memicu ketidaknyamanan proses belajar mengajar dan target dalam pembelajaran akhirnya tidak tercapai. Dengan kurangnya sarana fisik bisa jadi secara perlahan dan tidak langsung akan menyebabkan rendahnya motivasi para siswa untuk berprestasi, karena mungkin saja dengan ada nya kesulitan mengakses materi pembelajaran menjadikan siswa merasa bingung dalam belajar dan akhirnya motivasi belajar mereka berkurang.

Jika berbicara tentang masalah pendidikan, apalagi di Indonesia, memang tidak ada habisnya. Bahkan, sampai saat ini pun masalah pendidikan belum sampai kepada titik terang penyelesaiannya. Masih banyak masyarakat yang putus sekolah, tingginya angka pengangguran pada lulusan sekolah (SMA, Diploma bahkan Sarjana) karena rendahnya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan, dan masalah lainnya. Solusi yang paling mendasar adalah dengan menyentuh kepada masalah kualitas antara tenaga pendidik atau guru, agar bisa berperan secara maksimal dalam memajukan pendidikan, dan tidak lupa dengan memberi pengertian agar pola berfikir masyarakat tidak hanya berpandangan pada kebutuhan saat ini melainkan agar mereka bisa berfikir bahwa pendidikan di masa depan berperan amat besar dalam kesejahteraan. Pemberian pengertian ini bisa melalui penyuluhan tentang pendidikan secara kontinu dan menargetkan kepada lingkup masyarakat kecil terlebih dahulu yaitu masyarakat keluarga.

Hal yang terpenting bagi kita semua adalah menyadari bahwa kontribusi kita dalam menyelesaikan masalah negara, dalam hal ini pendidikan, sangat dibutuhkan. Berikanlah yang mampu kita berikan dalam membantu pendidikan di Indonesia. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk membantu memahami dan mencari solusi yang lebih menjurus untuk masalah-masalah pendidikan saat ini. Jaya Pendidikan Indonesia!


Tulisan ini dibuat saat saya mencoba melamar kerja part time sebagai guru privat untuk anak SD di tempat yang dikelola oleh teman saya. Salah satu persyaratannya adalah dengan membuta essay bertemakan pendidikan. So, here it is. *Well, if we talking about education, especially in our country, it'll takes a long time to discuss. Agree? :D