Tuesday, December 27, 2011

Terima kasih, Tuhan.

pict from here

Terkadang aku hanya ingin tahu mengapa Tuhan tidak memberikan ku kesempatan untuk memiliki satu keluarga yang utuh. Terkadang aku hanya ingin tau bagaimana aku bisa menerima dengan baik ketika aku melihat sekeliling ku berkumpul lengkap dengan keluarganya. Ayah, Ibu, Adik, Kakak, tanpa ada setitik pun rasa iri.

Tuhan, ampuni aku. Mungkin Kau menganggap aku hamba-Mu yang tak bersyukur. Sungguh Tuhan aku berterima kasih kepada-Mu karena kau masih menyisakan malaikat untukku, Ibu. Yang berperan menemaniku sebagai Ayah, Ibu, Kakak bahkan terkadang aku bercanda dengannya layaknya  seseorang yang bercanda dengan Adiknya.

Kau memberiku Ibu yang kuat menanggung segala masalah hidup, kebutuhan, keuangan, nafkah, memberiku pendidikan terbaik layaknya seorang Ayah.

Kau memberiku Ibu yang selalu menyayangi, meneteskan air mata dalam setiap untaian doanya untukku pada-Mu layaknya kasih sayang seorang Ibu.

Karena itu Tuhan, jagalah dia selalu dalam nikmat sehat-Mu, dalam nikmat panjang umur dari-Mu. Aku memang bukan anak yang sempurna, jauh dari sempurna. Kadang aku tak bersyukur atas apa yang Kau berikan melalui perantara Ibu ku. Tapi Tuhan, Engkau yang lebih tau bahwa setiap melihatnya dalam kesakitan, aku ingin biar aku saja yang merasakan.

Untuk Ibu yang Kau berikan. Terima Kasih, Tuhan.

Aku bukan ingin menuntut pada-Mu Tuhan. Tapi aku hanya  ingin berkeluh kesah pada-Mu. Bukan kah hanya Engkau yang tak akan pernah lelah mendengar keluh kesah hambanya? Ampuni aku Tuhan jika memang ada orang lain yang menganggap ceritaku ini karena aku tak bersyukur. Tapi aku tahu Kau Maha Mengetahui maksud hamba-hamba Mu sebenarnya.

Tuhan, 18 tahun sudah aku hidup tanpa seorang Ayah. Sulit rasanya mengingat 2 tahun yang indah dimana aku memiliki kehidupan yang nyaris sempurna. Seorang Ayah dan seorang Ibu. Sampai akhirnya Kau memilih untuk membawa Ayahku kepangkuan Mu, Kau tentu lebih sayang pada Ayahku. Tentunya Ayah ku orang yang sangat baik ya Tuhan? Karena Engkau tak sabar untuk membahagiakannya di Surga Mu.

Untuk kehidupan di dekat Mu yang (semoga) lebih baik untuk Ayahku. Terima Kasih, Tuhan.

Kehidupan sebenarnya dimulai saat Ibu ku harus berjuang sendirian membesarkan ku. Bisnis segala macam yang tentunya halal dan mendapat Ridho Mu, selelah apapun itu, beliau jalani. Aku yang saat itu tak tau apa-apa tentang hidup. Hanya tau tentang bermain, hanya tau bahwa aku tidak seperti anak-anak lainnya  yang bisa berlari ke pelukan Ayahnya yang baru pulang kerja sambil meminta mainan, hanya tau bahwa aku harus lebih kuat dari mereka yang bisa mengadu pada Ayah mereka saat ada temannya yang menjahili mereka, seperti yang Ibu ku bilang Jangan pernah ngadu sambil nangis! Kalau ada yang gangguin kamu, lawan sendiri, kalau ga berani yaudah diemin aja, jangan jadi di pihak yang salah! Kamu tau kenapa mama didik kayak gitu? Biar kamu ga lembek! Biar kamu bisa dan terbiasa untuk ngehandle masalah kamu sendiri. Soalnya mamah tau, kamu ga punya ade atau kakak ataupun seorang ayah yang bisa langsung bela-in kamu selain mamah, tapi kan ga selama nya mamah bisa disamping kamu kan? makanya mamah pengen kamu jadi perempuan yang kuat ngehadepin masalah"

Untuk seorang Ibu yang mampu menjadi penasihatku. Terima Kasih, Tuhan.

Namun, saat kemudian aku beranjak dewasa, aku menyadari ada sesuatu yang kurang dalam hidupku. Saat aku melihat teman-temanku yang berekreasi bersama Ayahnya. Saat aku mendengar cerita teman-temanku yang dimarahi oleh Ayah mereka karena ketauan pacaran. Saat aku melihat mereka diantar ke sekolah oleh Ayah mereka.

Tuhan, terkadang aku hanya ingin tau. Bagaimana rasanya mempunyai seorang Ayah kandung? Ayah yang benar-benar Ayah ku? Yang memarahi ku saat pulang malam, yang membantu ku saat ada PR, yang membelaku saat ada teman yang nakal? Tentu saja Ibu ku selalu melakukan itu.

Untuk Ibu ku yang dengan sukses menghandle peran seorang Ayah bagiku. Terima Kasih, Tuhan.

Tapi Tuhan, terkadang aku benar-benar ingin merasakan itu dari Ayahku...

Tuhan, terkadang aku hanya ingin tau. Bagaimana rasanya mempunyai sebuah keluarga besar. Saat kau punya seorang kakak untuk melindungi dan seorang adik untuk bersenda gurau dan bercanda. Saat kau punya mereka bahkan untuk diajak berkelahi sampai kemudian Ayah Ibu datang mendamaikan sehingga kami berpelukan kembali. Seorang adik dan kakak yang setidaknya membuat suasana rumah selalu hangat dan ramai.

Tapi Tuhan, aku tidak punya salah satu dari mereka. Sehingga sekarang aku tumbuh jadi gadis manja yang haus akan perhatian orang-orang disekitar ku. Sayangnya, hanya Ibu ku yang memahami, hanya Ibu ku yang menerima ku dengan segala sikap manja ku ini. Aku yang egois, aku yang manja, aku yang ingin segala perhatian orang yang aku sayangi hanya tertuju padaku.

Aku tau aku tidak boleh mengatakan “seandainya dan mungkin”

Aku tau aku tidak seharusnya mengatakan “bagaimana jika dan mungkin”

Aku tau tidak diperkenankan mengatakan “andai saja dan mungkin”

Tapi Tuhan, ijinkan aku hanya berkata ini pada Mu. Aku bukan mau melawan takdir Mu. Aku hanya ingin mengkhayal bagaimana rasanya jika aku memiliki mereka.

Andai saja aku punya Ayah hingga kini. Mungkin aku bisa berlari ke arahnya saat dia pulang bekerja. Mungkin aku bisa bercerita bagaimana aku mendapat peringkat 1 disekolah. Mungkin aku bisa bercerita padanya bagaimana guru-guru memujiku saat aku maju ke depan kelas ketika rapor dibagikan. Mungkin dia bisa menginterogasi diriku saat aku mulai didekati seorang anak laki-laki di sekolah. Mungkin aku bisa melihatnya menyerahkan ku pada laki-laki yang berjanji akan membahagiakanku dan melihat mata nya berbinar di pernikahanku nanti. Dan untuk Ibu, Mungkin Ibu ku tidak harus terlalu keras bekerja demi diriku. Mungkin Ibu tidak harus memikirkan hutang-hutang yang harus Ibu pinjam demi kelangsungan hidup kami berdua. Mungkin Ibu tidak harus memikirkan semua masalah-masalahnya sendirian. Mungkin Ibu punya teman saat aku tidak ada karena harus menginap di asrama untuk kuliah. Mungkin ada yang mendampingi Ibu saat menghadiri wisuda ku nanti.

Seandainya aku punya Adik dan Kakak. Mungkin aku bisa bermain bersama mereka saat teman-temanku menjauhi ku. Mungkin aku bisa bercerita pada mereka saat aku patah hati. Mungkin aku bisa mendengarkan cerita tentang mereka. Mungkin aku bisa membantu mengerjakan tugas mereka. Mungkin aku bisa memeluk mereka saat mereka merasa tidak diinginkan seperti yang aku rasakan detik ini.

Bagaimana jika aku mempunyai Ayah, Kakak dan Adik selain aku sudah mempunyai Ibu yang hebat? Mungkin aku tumbuh jadi perempuan yang lebih kuat, karena aku tidak harus memaksa menjadi kuat tanpa mereka. Mungkin aku tidak akan menjadi perempuan yang egois, yang tidak bisa berbagi dan manja. Mungkin aku tidak menuntut orang lain memberi perhatian selalu kepadaku. Mungkin aku akan merasa dibutuhkan oleh mereka. Mungkin aku akan selalu merasa penuh oleh kasih sayang keluarga ku. Sehingga tak perlu lagi aku membutuhkan orang lain yang mungkin menerima ku hanya sesaat. Mungkin hati ku akan selalu punya tempat  untuk pulang.

Saat aku membuka diary lama ku. Aku membaca goresan tulisan tangan ku bertahun-tahun lalu.

Impian yang harus terwujud :
-Kuliah
-Beasiswa
- bla bla bla
- bla bla bla

Impian yang tidak akan pernah terwujud :
Berkumpul lengkap dengan keluargaku. Ayah, Ibu, Kakak, Adik...

Untuk Impianku yang akhirnya terwujud. Terima Kasih, Tuhan.

0 comments:

Post a Comment